Shibou Endo o Kaihi Shita – Chapter 14
Chapter 14 – PoV 【Empat Gadis Tercantik】 ④
Terkunci 🔒
Menghitung mundur...
Chapter ini akan terbuka otomatis pada .
Atau kamu bisa membaca chapter ini di sini.
Trakteer
Chapter 14 – PoV 【Empat Gadis Tercantik】 ④
“Di sinilah tempatnya…”
Apartemen tempat “Iriya Satoshi” tinggal berada sekitar tiga stasiun dari sekolah.
Lokasinya sekitar tiga menit berjalan kaki dari stasiun terdekat, dan kupikir ini tempat yang sangat bagus untuk tinggal karena dekat dengan toko retail, supermarket, dan fasilitas hiburan.
Area itu sudah gelap gulita, dan cahaya yang terlihat dari dalam ruangan telah berubah dari sinar matahari menjadi warna lampu oranye.
Suara langkah kaki di tangga bergema menyeramkan, dan Shino yang berjalan di depan berhenti.
Kamar 205.
Sepertinya itu kamar Iriya Satoshi.
“Aku buka”
Kami mengangguk diam mendengar kata-kata Shino.
Entah dari mana dia mendapatkan kunci itu, tapi saat dimasukkan terdengar bunyi klik.
Tentu saja, ini pencurian pertama dalam hidup kami.
Kami khawatir bagaimana jika ada orang di dalam atau ketahuan tetangga sebelah, tapi kekhawatiran itu ternyata tidak terbukti.
“Ayo masuk?”
“Baiklah…”
“Permisii~”
“A-aku juga”
Untuk sementara, kami akan mencurigakan jika tetap di luar.
Kami pun menyelinap masuk ke rumah Iriya Satoshi.
Hal pertama yang kami rasakan adalah bau tidak sedap.
“Wah, baunya parah~”
“Benar…”
“Mari nyalakan lampu… aku gak bisa melihat apa-apa”
“Ya benar. Lampu lampu…”
Ruangan itu tentu kosong dan lebih gelap dari luar karena tidak ada sinar bulan.
Aku yang berada di belakang meraba-raba dinding bagian tengah dan menemukan saklarnya.
Lalu kunyalakan lampunya.
“Wah…”
Saat lampu menyala, hal pertama yang menarik perhatian adalah dapur yang seperti tempat pembuangan sampah.
Kaleng bekas, botol plastik, dan wadah plastik yang sepertinya dari supermarket atau pesan antar berserakan di seluruh lantai, dan noda cairan mengkilap dari celah-celahnya.
“Apa Iriya Satoshi orang yang rapi ya?”
“… Tolong biarkan saja”
Saat Reine tertawa jahil, Shino sedikit merajuk.
Meski menutup mulut dengan sapu tangan, bau tidak sedap tetap menusuk hidung.
Kami berjalan menghindari sampah dan tiba di depan pintu dalam.
“Nee, gak akan ada mayat kan?”
“Jangan bicara hal yang menakutkan~! Hush!”
Aku jadi bertanya-tanya apakah Shuna benar-benar takut…?
Meski kurang merasakan ketegangan, tapi justru itu membantu mencairkan suasana.
“Aku buka ya”
Setelah kami mengangguk, Shino membuka pintu dengan mantap.
Di dalamnya terbentang ruangan studio dengan tirai yang melambai-lambai tertiup angin dan langit malam terlihat dari balkon.
Ruangan itu juga kotor, tapi hanya berantakan dan tidak berbau.
Perabotannya terdiri dari sofa dan meja kecil di tengah ruangan, di atasnya ada laptop yang terpasang.
Karena masih menyala, sepertinya pemilik ruangan ini pergi tanpa mematikan listrik dan laptopnya dalam mode sleep.
Satu hal lagi yang mencolok adalah ada tangga ke loteng tepat di depan pintu masuk.
“… Baiklah, mari kita lakukan apa yang perlu kita lakukan”
“Ya”
Shino menyingkirkan sampah dan duduk di depan laptop.
Reine naik tangga ke loteng tanpa berkata apa-apa.
Bukankah mereka berdua terlalu berani…?
Ini benar-benar seperti pencurian.
Memang aneh jika ragu di titik ini, tapi etika tetap mengganggu.
“Aku akan membersihkan ruangan~ Ini terlalu kotor~”
Bukankah itu justru berbahaya…?
Kupikir akan membingungkan saat “Iriya Satoshi” pulang dan mendapati rumahnya bersih, tapi dia sudah mulai bergerak.
“Mereka semua terlalu bebas…”
Karena tak tau harus berbuat apa, aku memutuskan untuk naik ke loteng tempat Reine berada.
Tempat itu tampak cocok untuk menyembunyikan sesuatu.
“Apa kamu menemukan sesuatu… ada apa, Reine?”
Di tengah loteng ada futon yang terbentang dengan kardus-kardus di sekelilingnya.
Reine duduk bersimpuh di ujung, dan saat kupanggil dia menoleh ke arahku tapi tetap menunduk.
Lalu dia melemparkan dompet usang yang sepertinya terkena air ke arahku.
“Satsuki, kamu tau ini apa…?”
“… Entahlah?”
“Ini milik ibuku… posisi kerusakannya persis sama dengan yang kuingat…”
“!”
Dalam [Buku Harian] tertulis bahwa ibu Reine marah karena kehilangan dompet dan mencoba membunuh Reine.
Lalu dia yang memungut dompet itu mengaku sebagai [Sano Yuto] dan menyelamatkan nyawanya.
“Hari itu, saat aku sadar, mood wanita itu membaik dan aku bingung. Hanya saja dompetnya entah kenapa baru, dan dia memamerkan uang puluhan ribu yen padaku. Katanya berkat [Sano Yuto]…”
“Rei… kyaa!”
Saat aku hendak memanggil Reine, kakiku tersandung kardus dan menjatuhkannya.
“Gawat~! Maaf… kan… a… ku––––––”
Aku tidak punya keberanian, jadi memang tidak bisa menggeledah.
Apalagi ini kamar anak laki-laki SMA.
Pasti ada satu dua hal yang tidak ingin dilihat–––––begitu pikirku.
“Ke… napa…”
Yang keluar dari kardus adalah photobook pertamaku sebagai gravure idol.
Dan ada beberapa copy yang sama.
“1… 2… 3”
Tanpa sadar aku mulai menghitung satu per satu.
Dan setelah selesai menghitung, aku melihat kardus lain dengan bentuk sama di sebelahnya.
Rasa bersalah yang tadi kurasakan sudah hilang.
Saat kubuka, isinya sama.
“53… 54… 55”
Saat penjualan tidak terlalu bagus, manajer dan presiden direktur secara tersirat menyarankan casting couch.
Di tengah situasi itu, aku sangat senang mendengar ada pelanggan yang membeli seratus copy sekaligus.
Dan aku senang saat dia datang ke acara jabat tangan.
Aku bisa memastikan kalau aku sangat menyukainya.
“98… 99… 100”
Tepat seratus copy.
Aku merasa tidak perlu memeriksa kardus lain.
Instingku mengatakan inilah semuanya.
“Hahaha… jadi begitu. Semuanya bohong ya…”
Benteng terakhir yang ingin kupercaya telah runtuh.
Perasaanku padanya telah hancur sepenuhnya.
Yang tersisa hanyalah–––––
“Oh begitu, jadi begitu ya! … Fufu… ahahahahahaha!”
“Aneh ya~ Kenapa kamu yang memilikinya ya? Aneh kan~? Ya~? Ya~! Ya~!?”
Saat mengintip ke bawah dari loteng, Shino tertawa menyeramkan di depan komputer dan Shuna yang menemukan sesuatu saat membereskan ruangan berbicara dengan nada tinggi seperti orang yang rusak.
“Fufufu… jadi begitu ya…”
Reine bergumam sambil menunduk, tapi bibirnya melengkung seperti bulan sabit.
“Lucu ya! Ahahahaha!”
Aku juga tak kalah gilanya dengan mereka bertiga.
Aku ingin menjadi gila.
Kalau hanya [Buku Harian], mungkin apa yang dikatakan Shino bisa dianggap mencurigakan, sebuah cerita buruk yang kebetulan.
Tawa gila yang membelah keheningan bergema dalam kegelapan yang sunyi melalui celah tirai.
Dunia ini adalah buatan–––––
[Saionji Satsuki] bukanlah anak dari orang tuanya, tapi boneka yang dibuat oleh sang pencipta dunia ini dan diprogram untuk jatuh cinta pada [Sano Yuto].
Seluruh kehidupan yang telah kami jalani hanyalah permainan rumah-rumahan di atas skenario yang telah disiapkan.
Emosi kami, pengalaman kami, asal-usul kami, keadaan kami ––– semuanya hanyalah kepingan untuk melengkapi cerita yang disebut [LoD].
Bahkan nyawa kami sekalipun.
Tapi–––
“Aku gak mau mati…”
Rasa takut seolah jantung digenggam oleh sesuatu yang tidak nyata menjadi satu-satunya pendorong bagi kami yang telah kosong.
Didorong oleh rasa gelisah, tanpa perlu aba-aba, kami mulai menggeledah ruangan.
Meskipun “Iriya Satoshi” telah menyelamatkan nyawa kami, ketakutan tidak ada habisnya bahwa “Kekuatan Koreksi Dunia” akan bekerja lagi, memaksa kami menyukai pria itu, dan terlibat lagi dalam skenario yang mempertaruhkan nyawa.
“Gak ada… gak ada apa-apa”
Banyak barang kenangan antara aku dan dia yang keluar, tapi semuanya tidak penting.
Kami sudah tidak punya waktu untuk tenggelam dalam kenangan palsu.
Lagipula, bahkan “Iriya Satoshi” yang berasal dari dunia atas pun tidak bisa lolos dari “Kekuatan Koreksi Dunia”.
Apa yang bisa kami lakukan meskipun kami mengetahuinya?
“Haha, apapun yang kita lakukan, percuma ya…”
Rasa putus asa yang tidak menyenangkan menguasaiku.
Maaf pada ketiga orang lain yang masih mencari petunjuk dengan suara berisik, tapi tubuhku sudah tidak bisa bergerak lagi.
Aku duduk di tangga loteng dan mengeluarkan [Buku Harian] lagi.
Lalu membacanya lagi satu per satu halaman.
“Luar biasa ya. Kamu selalu membantu kami…”
Pasti sudah sulit untukku sendiri, apalagi empat kali lipat.
Keseharian kami didukung oleh “Iriya Satoshi”.
Tapi–––
“Kalau harus mengalami hal seperti ini, mungkin lebih baik mati saja waktu itu ya…?”
Aku sangat buruk.
Aku menyalahkan orang yang telah menyelamatkan nyawaku.
Menuduhnya kenapa tidak membiarkan kami mati dengan tenang.
Kenapa meninggalkan [Buku Harian] yang kejam seperti ini.
Aku melihat ke bawah dari loteng, mengukur jarak ke lantai, tapi ini tidak cukup.
Andai saja lebih tinggi…
Aku membuka [Buku Harian] sekaligus sampai hari upacara kelulusan itu.
Kemenangan akan datang pada mereka yang rela mengorbankan nyawa–––
Kalimat itu tertangkap mataku.
“Aku menyedihkan ya…”
“Iriya Satoshi” yang tau kapan dia akan mati pasti merasakan ketakutan puluhan kali lipat dibanding kami.
Dan dia mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan kami.
“Apa yang harus kulakukan… apa yang harus kami lakukan…?”
Tanpa tenaga, aku mendongak ke langit tapi langsung bertemu langit-langit.
Wajar karena ini loteng, tapi aku muak karena rasanya seperti rasa putus asa ketika menabrak dinding “Kekuatan Koreksi Dunia” menjadi kenyataan.
Namun, sebagian langit-langit terlihat cekung dengan bekas seperti darah, membuatku tidak bisa tidak melihatnya.
Pelakunya sudah pasti “Iriya Satoshi”.
Mungkin dia juga mencoba melepaskan diri dari perasaan terkungkung dalam situasi yang tidak bisa dia ubah.
Sepertinya sia-sia saja…
Saat melihat ke bawah, [Buku Harian] yang terlepas dari tanganku tergeletak terbuka terbalik.
Sepertinya aku telah memperlakukannya dengan kasar tanpa sadar.
Sambil merasa bersalah, saat aku hendak mengambilnya dengan hati-hati, sesuatu tertangkap di sudut pandanganku.
“Apa ini…”
Sesuatu menyembul dari bawah futon, dan ketika kubuka, ada selembar kertas sobek tersembunyi di sana.
Tata letak dan desainnya sangat mirip dengan [Buku Harian], dan ketika aku memeriksa [Buku Harian], memang ada bekas satu halaman yang disobek.
“Eh–––?”
Pupil mataku melebar, dan tanpa sadar aku meremas potongan [Buku Harian] di tanganku.
Tidak bisa dibiarkan–––
“Se-semuanya! Berkumpul di bawah sebentar!”
Meskipun sudah larut malam, aku berteriak keras.
Mungkin saja mengganggu tetangga.
Tapi ini harus disampaikan, bahkan dengan mengabaikan pertimbangan terhadap orang lain.
“… Ada apa?”
“Aku menemukannya! Ki-kita, sudah…”
Kata-kataku tersangkut.
Suaraku tersendat oleh air mata, tidak bisa membentuk kata-kata.
Aku hanya bisa menarik perhatian dengan menangis seperti bayi.
Sambil berlari turun tangga loteng, aku melompat di tengah jalan tapi gagal mendarat dan terjatuh.
“Satsuki-san, tenanglah…”
“Iya~ Apa yang kamu temukan~?”
“Um, itu, yah…”
“Tarik napas dalam-dalam dulu…”
“Tapi… tapi!”
Aku lupa cara bernapas, tidak bisa mengungkapkan apa yang ingin kukatakan.
Karena lebih cepat untuk menunjukkannya, aku menyerahkan potongan [Buku Harian] yang sudah kusut itu apa adanya.
Terdengar suara kertas kusut dibuka, diikuti suara tarikan napas.
“I-ini…”
Meskipun pandanganku kabur dan tidak bisa melihat apa-apa, aku tau apa yang dirasakan ketiga orang lainnya.
Kami benar-benar telah diselamatkan.
Kami sekarang sudah “bebas”–––
✽✽✽✽✽✽
Untuk Satsuki, Reine, Shuna, dan Shino.
Mungkin kalian tidak akan percaya, tapi aku diselamatkan oleh kalian di kehidupan sebelumnya.
Di dalam kamar yang gelap, emosi dan cerita kalian menjadi tempat bersandar bagiku yang tidak punya apa-apa.
Maaf aku tidak bisa membawa kalian yang telah berjasa besar padaku ke akhir yang bahagia.
Maaf telah membuat akhir yang buruk.
Meskipun aku sangat buruk, aku akan melindungi masa depan kalian apapun yang terjadi.
Skenario [LoD] adalah cerita tentang kehidupan SMA yang berpusat pada protagonis: [Sano Yuto], jadi setelah lulus, “Kekuatan Koreksi Dunia” yang mengikat kalian akan hilang.
Dengan kata lain, jika kalian bisa melewati akhir yang menghancurkan, kalian akan benar-benar “bebas”.
Mungkin salah satu dari kalian akan bersatu dengan Sano, atau mungkin akan menemukan orang yang lebih baik.
Aku tak tau apa yang akan terjadi ke depannya…
Yah, masa depan yang sebenarnya memang tidak bisa diketahui apa yang akan terjadi.
Meski begitu, aku berdoa untuk kebahagiaan kalian.
Selamat tinggal.
✽✽✽✽✽
Author Note:
Terima kasih sudah membaca sejauh ini!
Jangan lupa [Follow] ya!
Jika memungkinkan, aku akan senang jika kamu kembali ke [Halaman Karya], dan menekan [⊕] di [Beri Penghargaan dengan ★] di [Ulasan] sebanyak tiga kali!